29.3.12

Kamera Smartphone, Hasil SLR: Bagian 3 (selesai)



ELEMET KETIGA: RUANG TAJAM

Foto yang bagus, harus tajam, dan yang dimaksud dengan tajam adalah bagian yang focus dan tentunya bagian yang defocus (out of focus) pada gambar. Yup, defokus pun bisa membuat foto menjadi tajam. Analoginya, dengan menempatkan cowok-cowok jelek pada sebuah ruangan, maka cowok yang biasa saja akan jadi ganteng :)

Seperti pada komposisi dan lighting, kita dapat menggunakan ruang tajam untuk menarik perhatian mata agar tertuju pada POI. Selain itu juga akan memberikan efek deep of field (Dof) pada gambar. Pada kamera-kamera smartphone yang memiliki f-stop 'besar', lensa dengan sendirinya akan fokus pada objek (biasanya dengan cara touch focus) dan menciptakan area defokus pada sisi terjauh dari titik fokus (objek), sehingga menciptakan efek DoF.



Saya yakin sampai di sini mulai banyak yang kurang bisa ngikutin, tapi sebaliknya, jika saya jelaskan secara mendetil, akan gak relevan dengan kamera smartphone lagi. Jadi saya sangat merekomendasikan untuk teman-teman mencarinya di wikipedia dan beberapa website fotografi lainnya untuk pemahaman mengenai f-stop, deep of field dan sebagainya.

Intinya kira-kira begini, jika foto memiliki area fokus yang lebar, maka area defokus akan sempit. Begitu juga sebaliknya, semakin sempit area fokusnya, semakin lebar area defokusnya. Persoalannya lensa pada smartphone, setidaknya sampai saat ini, tidak bisa diatur panjang-pendeknya fokus, atau istilahnya focal length nya. Yang bisa kita atur hanya posisi kita memotret. Sebut saja ini keterbatasan pada lensa smartphone.

Karena keterbatasan ini, maka implementasi efek DoF pada smartphone lebih sering terjadi pada proses edit. Ini membuat foto lebih terlihat bagus dan berkesan kamera profesional dengan efek tajam dan blur.

RUANG TAJAM
Untuk memberikan efek tajam pada foto, atau kira-kira kesan tajam, tools yang sering saya gunakan adalah sharpening. Efek ini bisa dijumpai pada Picsay Pro di android, atau Filterstorm pada iOS. Sharpening mempertegas garis-garis pada foto. Penggunaan sharpening yang over justru dapat mempertegas noise pada foto. Selain Sharpening, ada juga efek Structure. Khusus yang ini baru saya jumpai pada aplikasi Snapseed saja. Efek ini memberikan detil lebih menyeluruh pada foto.
Contoh foto menggunakan Sharpening (photo courtesy @niezpudding, edited by me)


OUT of FOCUS
Sering sekali saya jumpai pengeditan dengan menggunakan efek bokeh (dalam bahasa jepang berarti blur/defokus) digunakan secara serampangan dan asal. Background main hajar blur tanpa dipahami area DoF, dan sering dikerjakan tidak rapih. Jujur, itu sama sekali tidak memperbaiki foto, melainkan merusak foto.

Berikut area DoF yang saya ambil dari wikipedia.



Untuk membuat efek DoF, skema area ini harus menjadi acuan kita dalam mengedit foto dengan Bokkeh. Selain harus dikerjakan dengan rapih, juga harus ada degradasi dalam membuat bokkeh; semakin jauh dari titik fokus, semakin defokus. Pada android, aplikasi yang sering saya gunakan untuk ini adalah Picsay pro, dengan cara layering dan masking, dan Little photo dengan efek bokkeh.


diedit menggunakan Little Photo pada Android.

Pada contoh di atas, sebenarnya sudut foto terjauh sudah blur, tapi sengaja saya pertegas blur dengan Little Photo dengan tujuan agar POI lebih dramatis sekaligus lembut. Hati-hati dengan degradasi blur pada foto, jangan sampai foto terlihat tidak alami.

penggunaan DOF untuk mengurung objek (sumber foto dari Wikipedia)
Pada foto-foto SLR, sering sekali DoF digunakan untuk 'mengurung' objek. Efek ini akan memberikan kesan dramatis sekaligus menonjolkan POI. Pada smartphone, lupakan untuk melakukan ini. Sering kali hasilnya akan membuat foto tidak natural. Gunakan efek blur ini secukupnya saja, guna menimbulkan DoF yang manis dan natural. Ingat, bahwa pencapaian kita bukan membuat foto kita ada blurnya, tapi pencapaian kita ada pada pesan foto tsb. Apakah foto tersebut berbicara atau malah mati (dengan berbagai efek/editan yang gak perlu).

penggunaan DoF secukupnya saja, jangan terlalu blur
karena akan membuat foto tidak alami.


karena pengerjaannya cukup susah (dengan masking),
gunakan sentuhan akhir untuk menutupi kekurangan.

Nah ini semua elemen-elemen yang saya gunakan baik dalam memotret dengan smartphone atau mengeditnya. Saya gunakan secara konsisten dan ketat baik dengan style HDR, BW, natural, atau bahkan abstraksi.
salah-satu foto yang saya gunakan elemen komposisi, lighting,
dan ruang tajam dalam mengedit.

Diakhir trilogi 'Kamera Smartphone, Hasil SLR' saya tegaskan kembali, yang membuat sebuah foto bagus atau tidak, adalah orang menekan tombol shutter. Mengedit, khususnya dengan elemen-elemen ini, hanya sebagai alat bantu. Mempertegas POI yang sudah ada, atau mengoreksi kesalahan-kesalahan di lapangan.

Bahkan HDR, atau Black and White hanya cara kita 'menyajikan' foto, bukan inti dari pesan foto kita. 


Semoga bermanfaat bagi teman-teman ya :)

1 komentar: