8.9.14

Etika Dalam Memotret

Jumat lalu, bertempat di Pisa Cafe Menteng, saya berkempatan berbagi cerita mengenai komunitas Fotodroids dalam acara Smartfren bertajuk, #SmartHangout. Acara ini sebenarnya bisa dibilang community gathering yang diadakan oleh Smartfren.

Di sini saya diminta untuk berbagi emngenai smartphone fotografi dan komunitas Fotodroids. Selain saya, ada Bangwin yang berbagi mengenai landacape komunitas, khususnya komunitas digital. Tidak hanya jenisnya, namun juga bagaimana mengatur dan memanage komunitas yang baik.

Saat tiba giliran saya berbagi, ada satu pertanyaan menarik dari peserta, yang menanyakan soal etika memotret, khususnya di tempat publik. Jelas, karena jika menyangkut etika pasti bersinggungan dengan orang lain yang seringnya terjadi di ruang publik. Pertanyaan ini sebenarnya kurang tepat ditujukan ke saya, karena seperti kata teman di medsos, saya termasuk pemotret yang tidak beretika hehe...


Bicara etika ini soal susah susah gampang, karena sebenarnya menyangkut nurani. Bahkan etika yang sudah diatur secara jelas seperti kodetik dalam profesi dokter atau psikologi pun masih banyak pelanggaran, apa lagi dalam memotret yang sebenarnya tidak ada aturan tertulisnya dan berbeda-beda di setiap tempat.

Contohnya, mungkin jika kita selfie di Jakarta tidak menjadi masalah, namun jangan coba-coba berselfie di Filipina, apa lagi di area publik. Salah-salah kamu bisa dituntut melanggar privasi jika ada orang lain yang ikut terpotret dalam foto selfiemu, walaupun orang tsb hanya di background dan mungkin tidak jelas terlihat. Karena baru-baru ini ada peraturan baru di Filipina yang me-ilegalkan mengambil foto orang lain di tempat umum tanpa ijin.

Masalahnya saya sendiri kadang tidak punya etika dalam memotret, dan jujur buat saya etika itu nomor dua. Yang utama adalah sepenting apa sebuah adegan harus dipotret. Kalau tidak penting, ya tidak usah diambil, apa lagi kalau ada konflik etis.

Pertanyaannya adalah, apa parameter sebuah adegan penting untuk dipotret atau tidak?

Sebelum memotret sebuah adegan, khususnya yang memiliki etiquette issue, maka saya akan menanya beberapa pertanyaan ke diri sendiri:
  1. Bermanfaat gak foto tsb untuk hidup gw? Kalau enggak...
  2. Bermanfaat gak foto tsb untuk kehidupan orang lain? Kalau enggak, 
  3. Foto tsb bisa menolong orang lain gak?

Kalau semua jawabannya tidak, ya berarti foto tsb gak penting sampai harus mengabaikan etika. Gampang kan?

Semakin kita menggeluti fotografi, kita tidak hanya mengetahui hal-hal terbaik untuk dipotret, namun juga dapat mengetahui hal-hal yang tidak perlu dipotret. Mungkin ini bisa disebut kedewasaan.


Mungkin jika kita tidak mengetahui konteksnya, foto di atas terlihat tidak beretika, di mana menampilkan potongan tangan dan kaki seorang anak dan ada seorang laki-laki termenung menatap potongan tsb. Dan sebenarnya dalam culture budaya yang berlaku pada masa ini, mengambil foto adalah perbuatan yang terlarang. Namun ada kisah yang menarik di balik foto ini.

Ceritanya, Charles Goodyear baru saja menemukan teknik vulkanisir karet dan membuat industri karet booming (1839). Raja Leopold II dari Belgium melihatnya sebagai kesempatan untuk memajukan negaranya, dan seperti kebanyakan pemimpin Eropa abad 19, dia melakukannya dengan cara menjajah bangsa lain, Congo dan perkebunan karetnya (1885 - 1908).

Rakyat Conga harus memenuhi kuota tertentu dan mendapat hukuman berat jika kuota tidak terpenuhi. Banyak jurnalis yang berupaya memberitakan penindasan penjajah Leopold yang terjadi di Congo, namun Raja berhasil meredam media dengan uang. Sampai suatu hari, Nsala dari Wala datang ke Alice Harris (misionaris asal Inggris) dengan membawa potongan tangan dan kaki anak perempuannya yang berusia 5 tahun, yang dibunuh milisi ABIR (Anglo-Belgian Indian Rubber Company).

Foto-foto yang diambil Alice, akhirnya membuat Leopold II harus kehilangan Congo. Mark Twain mengabadikannya dalam pamflet “King Leopold’s Soliloquy“ dimana raja berucap, "hanya kamera Kodak sajalah, satu-satunya saksi di sepengalaman hidupku yang tidak bisa disuap".

Jadi apakah foto ini beretika?



(tulisan ini dibuat oleh @JohJuda, founder dari Fotodroids.net dan Memotret.com)

0 komentar:

Posting Komentar