10.6.14

Liputan Diskusi Jakarta & Street-Photography di Institut Salihara

Selasa kemarin, 10 Juni 2014, bertempat di Institut Salihara, komunitas Salihara mengadakan diskusi "Jakarta & Street-Photography".  Diskusi ini membahas mengenai genre yang belakangan ini sedang marak dan mulai menuai kontroversi di dunia.

Semenjak semakin populernya kamera dan semakin kecilnya bentuk kamera, banyak fotografer yang tertarik dengan dinamika jalanan. Ketertarikan terhadap fotografi jalanan pun menghasilkan spektrum pendekatan yang berbeda dari fotografi jurnalistik dan dokumentasi.


Diskusi kali ini menghadirkan  Irma Chantily dan Erik Prasetya sebagai narasumber. Irma Chantily adalah pengamat dan pengajar fotografi di Institut Kesenian Jakarta, ia membagikan mengenai latar belakang street fotografi dan bagaimana sejarah street fotografi. Dimulai dari membahas mengenai karya Henri Cartier-Bresson, yang sudah dikenal sebagai bapak street-fotografi. Dari Bresson, beranjak ke Robert Frank dan beberapa karya fotografer jalanan dunia lainnya.

Pada sesi Erik Prasetya, memulai diskusi mengenai definisi street fotografi dan perbedaannya dengan genre fotografi yang lain. Ia pun mengungkapkan makna pradigmatik dan sintamatik foto dan menekankan pada merekam emosi sebuah kota dalam pendekatan street-fotografi yang dianutnya. Yang ditekankan oleh Erik bahwa sebuah pendekatan definitif itu penting karena akan menentukan foto seperti apa yang akan kita hasilkna. Erik Prasetya sendiri adalah seorang fotografer senior yang telah menekuni fotografi jalanan selama 25 tahun, juga satu dari 30 fotografer paling berpengaruh di Asia versi Invisible Photography Asia. 

Diskusi ini diadakan dalam rangka penutupan pameran foto karya Bertrand Meunier di Institut Salihara. Bertrand Meunier sendiri adalah fotografer asal Prancis yang tertarik memotret kota-kota di Asia, termasuk Jakarta. Dapat dilihat dalam karyanya tentang kegetiran hidup masyarakat kawasan industri di Cina setelah kekuasaan Mao Zedong dan kehidupan kumuh di Karachi yang memenangi Niépce Award 2007, atau dalam buku fotonya Le sang de la Chine, quand le silence tue (The Blood of China: When Silence Kills), yang dia kerjakan bersama wartawan Pierre Haski dan memenangi International Media Prize dan Jossep Kessel Prize pada 2005.

0 komentar:

Posting Komentar